Rabu, 07 Desember 2011

Karyaku ^^

Guratan Warna Pelangi

Kehidupanku memang layaknya gadis biasa, tapi ada sesuatu keajaiban yang membuat hari-hariku special. hanya untaian kata-kata imdah mungkin yang dapat mewakili semua perasaan dalam hatiku. Seseorang yang telah membuatku tertawa bahagia stiap saat, stiap waktu, dan stiap harinya. Kebahagian dan Kesedihan merupakan satu paket. Tidak lengkap bila kita tidak merasakan salah satunya, Tuhan Maha Adil dalam semuanya. Dan setelah skian lama,.. cerita itu hanyalah kenangan semata. Kebahagiaanku memang telah terenggut, tapi masa depanku masih terbentang indah di depan. Di sampingku telah ada seseorang yang telah berhasil merebut sudut hatiku terdalam. Walaupun semua itu kini hanyalah fatamorgana semata. Aku telah berada pada tempat yang indah. pelangi, matahari, awan, hujan, badai, bisa aku lihat semua di sini.

BAB 1
Pertemuan Singkat, Namun Berarti
           
“Daaaraaaa.....!!”. panggilan itu membuatku sadar dari lamunanku. Yaahh,.. namaku Angelia Dara Permata Putri. Seorang Putri tunggal dari orang tua yang bahagia dan hidup lebih berkecukupan. Aku memiliki banyak talenta, bukan berarti aku sombong,. Tapi talenta itu membuatku sadar akan kekurangan orang lain. Kata orang lain, aku cantik dan manis,.. hmm sebenarnya iya sihh,. Hehe mau bagaimana lagi?? Aku juga bersyukur atas karunia dari-Nya. Bakatku yang lain juga pintar menyanyi, pintar melukis dan unggul dalam akademik. Umurku baru 15 tahun, kelas XI disebuah SMA ternama di Jogja.
 “Iyaaa maaa, bentar.. lagi makek sepatu! Gak usah sarapan ya!” balasku.
“Kalo lapar, makan di sekolah ya! Papa sama Mama, nanti akan ke luar kota, tiga hari lagi kami akan kembali. Ati-ati ya say!”.
“Ya mam. Ati- ati ya pah! Pulang bawa oleh-oleh segudang ya! Hihi, kalo bisa bawa cowok cakep sekalian ya mah!” candaku disela kesibukan mereka yang sedang mengemas barang.
Papa dan mamaku hanya tersenyum memaklumi tingkah putri semata wayangnya ini. Yah memang aku anak semata wayang kedua orang tuaku, tumpuan kasih sayang selama 15 tahun.
“Eh, eneng..udah siap ke sekolah ya?? Gelis pisan neng, hari ini.” Kata Pak Edi, sopirku yang setia. Hampir setiap hari aku mendengar kata-kata semacam itu, tentunya bosan. Tapi mau bagaimana lagi?? Fakta! Hehe....
“Haha makasih, Pak Edi. Setiap hari memang saya seperti ini!” balasku sambil membuka pintu belakang mobil.
“Cantik-cantik belom punya pacar ya neng??”. Goda sopirku satu ini. Pak Edi memang sering menggodaku dengan pertanyaan ini. Walaupun begitu ia sangat baik padaku, kelewatan baik malah! Dia menganggapku seperti anak sendiri! Yeeee,... aku dimanja haha. Itu kataku dulu.
“Belum mikir ahh kayak begituan  Pak. Nanti kalau patah hati nangis sampe satu abad gak kelar-kelar Pak.” Jawabku dengan polosnya. Hmm memang benar, aku tidak pernah memikirkan hal-hal semacam itu, buang-buang waktu saja. Jika ada sahabatku yang jadian, aku ikut gembira. Gak ada sama sekali rasa iri, atau ingin. Itu semua kan sudah ditentukan, apa salahnya kita mengikuti takdir??. ‘kamu sih terlalu muluk-muluk tipe cowoknya! Kayak aku gini donk! Apa adanya! Hehe..’ kata-kata dari Widi sahabatku itu yang selalu terngiang di telingaku.

Yaah,. Memang susah mencari cowok yang aku inginkan sesuai kriteriaku. Orang selalu bilang ‘ Jangan dilihat luarnya saja, tapi dalamnya juga’. Menurutku itu salah. Buat apa kita punya pasangan yang baik hati tapi luarnya, aduhh gaya jadul era-80an deh?? Rambutnya mirip sama badak bercula satu, bajunya yang dikancing sampe atas, pakek dasi kupu-kupu. Aduhh gak deh,.
Tipe cowokku, yaah mirip-miriplah ama Taylor Laughtner hihi. Tinggi, kulitnya bersih, wajahnya tampak lelaki, matanya teduh, pengertian, penyanyang, terima apa adanya. Sudah hanya itu, yap hanya itu apa salahnya sih??
Dari rumah ke sekolah hanya memakan waktu 15 menit. Sesampainya di gerbang sekolah aku heran, banyak sekali siswa yang hari ini datang pagi hanya demi acara pensi yang menurutku sama sekali tidak menyenangkan a.k.a garing. Aku pun berjalan malas-malasan ke kelasku, sampai di depan kelas aku menemukan ketiga sahabat karibku, yaitu Rasti, Rena, dan Dhean. Yah mereka bertiga teman karibku sejak SD. Kehidupan mereka semua bahkan berkebalikan 180 drajat denganku. Cotnohnya saja Rasti, ayahnya sudah meninggal 7 tahun yang lalu, ibunya harus banting tulang menghidupinya. Untung saja Rasti merupakan anak yang penurut dan mau bekerja keras Hidup  Rena tidak berbeda jauh dengan Rasti hanya saja, ayah dan ibunya bercerai. Sedangkan temanku Dhean, ia masih mending dibanding sahabatku yang lain. Keluarganya masih utuh, ayah dan ibunya juga sangat menyayanginya, hanya saja hidupnya sederhana. Diantara ketiga sahabatku Dheanlah yang paling mengerti aku, tak jarang aku sering belajar bersamanya, jalan-jalan bareng atau sekadar makan di warung tenda. Tak masalah,. Yang membedakan kita hanyalah amal ibadah bukan status sosial.. haha cieileh bahasanya.
“Hai Dar, kenapa loe lemes amat sih hari ini. Semangat donk! Semangat kakak ting! Haha” gurau Fredy, ketua kelasku yang menyebalkan.
“Heloo! Guwe lagi males nie! Pensi hari ini pasti gak ada seru-serunya! Semangat 45 apa???” gerutuku.
“Haha, iya deh sekertaris cantik! Ntra kels kita gak ada yang menggantikanmu lohh, kalo kamu cemberut!” critanya dia ngerayu,. Gombal banget lagi! Pff,.. mimpi apa aku kemaren
“Iya,iya.. dah sono lu. Pergi aja, yang jauh sekalian gak masalah. Menuh-menuhin Yogja aja”. Balasku dengan nada ketus.
Tak lama kemudian,Fredypun pergi. Sekolahku cukup elite di Jogjakarta, bangunanya megah, dan besar fasilitasnya memadai. Tak jarang bila yang bersekolah di sini anak-anak berduit saja. Eitss,.. tapi ketiga sahabatku itu memperoleh beasiswa selama tiga tahun penuh, mulai dari keoerluan sekolah hingga kegiatan-kegiatan sekolah. Akupun pernah mengikuti siswa berprestasi, alhasil,. Akupun mendapat beasiswa hanya saja untuk biaya sekolah selain itu bayar sendiri (a.k.a piknik, study tour dll)
Oke, memang aku serakah, tapi apa salahnya?? Aku hanya mencoba! Itu yang kukatakan pada teman-temanku. Tiba-tiba saja hapeku yang aku kantongin berbunyi.
Aduh, untung belum masuk. Aku lupa mematikan handphoneku. Oke,. Hari ini pentas seni, toh skali-skalilah tak mengapa. Hehe.
Yap hari ini pentas seni diadakan untuk merayakan selesainya UAS tahun ini. Huftt,.. ternyata sms dari Rey. Bisa dibilang dia salah satu penggemar rahasiaku haha.

Rey <+6285728xxxxxx>
Hay Dar, hari ini ada acara gak??



Segera ku balas sms dari cowok tengil satu ini. Dia benar-benar mengganggu!

Ada! Dari pagi skolah, plng lnsung pemotretan buat sampul majalah, lthan dance, trus les! Knpa?

 Sebenarnya hari ini aku tak ada kegiatan apa-apa,  itu hanya alasan semata.Tak ada balasan lagi,. Okelah kurasa ini semua cukup membuatku bertambah gerah dengan hari ini. Malas seklai rasanya, tapi tunggu dulu. Wow! Pensi ini menghadirkan bintang tamu yang sedang naik daun! Kyaaaaaaa,. Mamaaa aku bahagia rasanya! Keren pisan euy,.  Tumben OSIS sekolah ini mau mengeluarkan biaya yang cukup besar. Hihi,. Segera aku berlari menuju kelasku, yah lebih tepatnya stengah berlari.
Di depan kelas, sudah kudapatkan ketiga temanku sedang berbincang-bincang mengenai bintang tamu pada pensi kali ini.
“hay Dar, tumben lho seneng banget. Ada apa nieh???”. Salam pertama Dhean yang melihat tingkah laku anehku ini
“Iya nieh, denger-denger kak Ivan  ke sini yah??? Aaaaa,... ketemu cowok cakep impian guwe nieh?? Haha.” Balasku.
“Ya, bener banget Mau kak Ivan Haha. Jangan bermimpi terlalu jauh, sayang.” Balas Rhena.
“Kalo kamu mau deket-deket trus nemplok kaia lintah. Ntar deh! Sabar, babby.” Ejek Rasti
“Aduhduh,.. kalian itu, temenya seneng aja kaia gak suka! Huuuu...” celetukku.
Tak lama dari itu, belpun berbunyi. Kami semua sudah berdiri di halaman sekolah. Wooo,. Tak kusangka kak Ivan yang sedang melejit namanya itu sudah berdiri di depanku. Rasanya seperti mimpi.  Aaaaaa cakep bangeettt.


Sementara itu,.
Namaku Ivan Setya Abadi, umurku 19 tahun. Seorang anak entertaiment terkenal bukan berarti aku anak yang hidupnya bebas seperti tak dikandang. Tidak hidupku seperti burung di dalam sangkarnya yang tak pernah keluar. Sedari kecil aku sudah berlatih menyanyi, mengikuti banyak perlobaan menyanyi dan hampir semuanya aku menangkan. Sekarang aku kuliah di UI, yang kental dengan semboyannya “we are the yellow jacket”. Orang tuaku juga penyanyi, hanya saja ayahku seorang pengusaha yang sering berpergian ke luar negeri.
 Besok pagi aku akan terbang ke Kota Pelajar yang katanya penuh dengan warisan leluhur yang indah.
“Ivan, mau bawa koper yang mana nak?” tanya mama.
“Yang kecil sajalah ma, Ivan di sana hanya 2 hari. Gak usah lama-lamalah ma. Mama mau nyusul?”
“Tidak sayang, gak bawa oleh-oleh ya dari Jogja nanti??”
Tak lama berselang, Kak Meldy managerku yang slama ini aku anggap sebagai kakak perempuan yang tak aku punya. Iya juga sudah dianggap sebagai anak oleh mama dan papaku.
“Hay Van, apa kabar??” tanya Kak Meldy lembut sembari mencium kedua pipiku.
”Baik kak, kakak sendiri?? Oh ya,. Besok kita berangkat ke Jogja jam berapa?”
“Besok?? Nanti sayang, makanya kakak jemput kamu ke sini! Sudah beres semuanya kan?”
“sudah ini, tinggal mandi!! Tunggu ya kak. Ma, Ivan pamit ya!”





Di sinilah aku skarang. Jogjakarta yang terkenal dengan ‘Gudeg’ dan ‘Kerajinan Tangannya’. Perjalanan dari bandara menuju hotel, lumayan memakan waktu. Aku memilih hotel yang dekat Malioboro, kata orang Malioboro indah di malam hari. Benarkah itu?? Aku tak tahu,. Karena aku baru pertama kali ke Jogjakarta.


Pagi Hari ini aku harus bersiap-siap tampil disuatu acara Pentas Seni di salah satu SMA elith Jogjakata.
Aku tak menyangka sekolah ini begitu bagus, dari gedung maupun fasilitasnya. Dari jauh kulihar seorang gadis yang baru saja turun dari mobilnya, dia tampak cantik dan menawan, berbeda dari gadis-gadis lainnya. Rambutnya hitam panjang melebihi bahu, matanya bewarna hitam, entahlah apa yang kurasakan.
“ Kak Meldy, menurutmu gadis itu cantik ya??” tanyaku pada managerku tersayang.
“ Oh yang itu?” sambil menunjuk gadis yang kumaksud. “iya cantik, kenapa kamu suka ya? Kenpa gak kamu samperin aja skalian sana!” ejeknya.
“ Hmm,.. basi ah kak, haha. Pertemuan pertama itu harusnya mengesankan donk kak!” imbuhku
“Sudahlah, ayo kita masuk dari pada meributkan hal-hal yang tidak penting.”
Akhirnya aku hanya mengikuti saran Kak Meldy. Kalau jodoh nanti juga ketemu sendiri, kataku dalam hati. Amin

Malam harinya di Malioboro,
Malam ini hawa dingin menusuk tulangku, tak kusangka malam hari di Malioboro begitu dingin sedingin hatiku. Sampai sekarang aku masih sendiri, belum menemukan gadis yang cocok untuk mendampingi hidupku. Gadis tadi benar-benar membuatku terpesona, apalagi waktu ia berada di depanku sewaktu aku bernyanyi tadi.
Mungkin ini yang dinamakan Jodoh. Aku bertemu dengannya di Malioboro kulihat dia sedang berjalan-jalan sendirian sambil membawa tas.
“ Hallo Pak, selamat malam. Bagaimana kabar bapak seminggu ini kliahatannya bapak tidak berdagang ya? Apakah bapak sakit?” Tanyanya kepada seorang pedagang yang klihatannya sudah akrab ia temui di sini.
Gaya bicaranya membuatku tertarik.
“Kamu anak SMA yang waktu itu aku perform kan??” tanyaku padanya.
“ Oh,. Iya SMA Tunas Nusantara. Kak Ivan kan?” balasnya lembut.
“ Iya, kenalin aku Ivan Setya Abadi. Pasti taulah,. Hehe. Siapa namamu?”
“ Angelia Dara Permata Putri, kak. Senang ketemu sama kakak.”
“ Kamu gak ada acara kan? Dinner bareng yuk. Anggap saja aku layaknya temanmu.”
“ Mungkin enggak kak. Tapi nanti jam sepuluh, aku harus balik ke rumah, soalnya aku naik mobil sendiri. Dan gak berani pulang malam.” Kata-katanya lembut dan penuh perhatian.
Malam ini memang indah, Tuhan mendengarkan doaku. Gadis itu sungguh menarik, cantik, baik, dan lembut. Dari perkataannya, kulihat guratan pelangi di stiap tatapannya. Kata-kata yang dia pilih sungguh penuh kesopanan dan tata krama. Tuhan tolong jodohkan kami. Jika ia bukan milikku, jauhkanlah ya Tuhan. Tapi jika ia memang benar milikku dekatkanlah kami ya Tuhan. Aku mengamini doa dalam hatiku ini. Perbedaan umur kami memang jauh, empat tahun.
Besok tak terasa aku harus kembali lagi ke Jakarta, kota Metropolitan yang dipenuhi orang-orang yang ingin beradu nasib.
Aku mengutuki kepulangannku ke Jakarta, kenapa harus besok, aku menyesal, benar-benar menyesal karena aku memilih untuk pulang besok. Benar apa kata Kak Meldy, ‘Kenapa pulang cepet-cepet? Siapa tahu nemu jodoh di sana? Ya kan Van? Kita kan gak tahu apa yang akan terjadi di Jogja.’
Huff,. Aku menghempaskan tubuhku ke  ranjang tidurku. Aku berharap malam ini dapat memimpikan Dara, mungkin?? Hmm,. Konyol.
Awal pertemuan dengan Kak Ivan, rasanya seperti mimpi. Walaupun aku sering bertemu dengan entertaiment, tapi ketemu sama Kak Ian rasanya seperti mimpi.
Tuhan, aku berharap ini bukan hanya fatamorgana di mataku. Aku berharap ini kenyataan. Aku berharap dia memang benar jodohku. Iya memang permintaanku ini aneh-aneh saja, gak ada yang ngelarang kan? Hehe..
Semoga saja, amin. Malam ini aku rasa mimpiku akan indah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar